Banda Aceh - Memasak takjil bubur kanji rumbi adalah tradisi yang dilakukan masyarakat Aceh sejak masa kesultanan dulu. Memasak di masjid ataupun meunasah untuk menu berbuka puasa dan dibagikan kepada warga. Tradisi itu mulai hilang di kota-kota, tapi masih berlangsung di desa.
Di Banda Aceh, ibu kota Provinsi Aceh, tradisi yang hanya dilakukan di bulan Ramadan ini masih bisa dinikmati di Masjid Al Furqan, Beurawe. “Kami selalu menjaga tradisi ini dari tahun ke tahun. Semua warga mendukungnya,” kata Budi alias Agam, juru masak kanji rumbi, kepada Tempo, Rabu, 24 Juni 2015.
Usai salat Zuhur, Agam sibuk menyiapkan aneka bumbu di Masjid Al Furqan. Dia dibantu tiga rekannya yang lain. Dua kuali besar juga disiapkan bersama kayu bakar. Belanga bergaris tengah semeter lebih menjadi wadah memasak bubur kanji.
Menurut Agam, bahan utamanya adalah beras bermutu baik. Beras dimasak sampai menjadi bubur, lalu dimasukkan bersamaan sayur-sayuran serta bumbu rempah-rempah yang sudah digiling sebagai bumbu utama. “Ada kentang, wortel, kunyit, jahe, bawang, daun sop, santan kelapa, daun pandan, serai, daun pandan dan banyak lainnya,” katanya.
Butuh waktu dua jam untuk membuat masakan khas Aceh itu siap saji. Para juru masak mengaduknya bergantian. “Selesainya bisa usai salat Asar,” ujar Bustami, juru masak yang lain.
Menjelang Asar, warga berdatangan membawa wadah untuk mengambil kanji. Satu belanga diperuntukkan untuk warga yang berbuka di rumah, sedangkan satu belanga lagi untuk mereka yang berbuka di masjid.
Usai salat Asar, warga ke dapur mengambil wadah kanji yang telah terisi. “Ini untuk berbuka di rumah bersama keluarga,” kata Puddin, seorang warga Beurawe.
Dia percaya memakan bubur ini akan membuat tubuh segar. Karena ada khasiat ampuh sebagai obat masuk angin dan maag. Misalnya, ini terkandung dalam bumbu yang digunakan serta dikenal mujarab untuk menyehatkan tubuh, seperti jahe, daun serai, dan kunyit.
Menjelang berbuka, bubur kanji rumbi yang disediakan untuk makanan berbuka puasa di masjid dituangkan ke dalam piring untuk disajikan kepada warga. Bila masih ada sisa, maka akan disantap para pengurus masjid usai salat tarawih.
Menurut Agam, tradisi memasak kanji di Beurawe masih berlangsung hingga kini karena ada kesepakatan warga dalam menjaganya. Menjelang Ramadan, biasanya warga Beurawe akan duduk untuk rapat serta mengumpulkan dana khusus memasak kanji rumbi.
Mereka yang kaya biasanya akan menderma lebih banyak dana, sehingga setiap Ramadan kebutuhan untuk memasak kanji rumbi selalu terpenuhi. “Beginilah kami menjaga tradisi sejak lama,” kata Agam.
ADI WARSIDI - TEMPO.CO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar